Hadroh, Iringan Spiritual dan Tradisi Islami
Hadroh, sebuah seni musik yang memiliki akar dalam bahasa Arab dari kata “hadhoro-yahdhuru-hadhrotan”, merujuk pada sebagian dari hadiroh. Praktik hadroh adalah irama yang diperdengarkan melalui alat musik rebana, yang tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual dalam konteks kaum sufi.
Menurut kaum sufi, hadroh bukan hanya sekadar seni musik biasa, tetapi merupakan metode untuk membuka jalan menuju Allah. Alat musik rebana dipukul dengan penuh kesadaran untuk menggetarkan hati pendengarnya, membawa mereka lebih dekat kepada kesadaran akan kehadiran Ilahi.
Alat musik utama dalam hadroh adalah rebana, yang terbuat dari kayu mahoni atau nangka, serta kulit kambing berkualitas baik yang dipilih dari bagian punggungnya untuk keawetan dan ketahanan dari pukulan keras. Kelompok hadroh sering kali terdiri dari berbagai ukuran rebana yang dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan.
Di Indonesia, hadroh telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya dan agama Islam. Musik hadroh disesuaikan dengan musik tradisional Indonesia, baik dalam lagu maupun alat musiknya. Biasanya, hadroh digunakan untuk mengiringi nyanyian salawat yang mengandung pesan-pesan agama dan sosial budaya.
Tidak hanya di masyarakat umum, hadroh juga merambah ke lingkungan pendidikan. Di Sekolah Islam Al Azhar Asy Syarif, hadroh menjadi salah satu cabang kegiatan ekstrakurikuler yang populer. Para murid yang tergabung dalam kelompok hadroh menghabiskan waktu mereka untuk berlatih di bawah bimbingan coach yang berpengalaman.
Dengan demikian, hadroh bukan sekadar seni musik biasa, tetapi juga merupakan bagian yang penting dalam memelihara warisan budaya dan spiritualitas Islam. Melalui irama rebana dan pesan-pesan yang disampaikan, hadroh terus menginspirasi dan menyatukan komunitas Muslim di Indonesia dan di seluruh dunia.